BER'TABAYYUN'LAH
- yunibudia
- 20 Mei 2020
- 3 menit membaca
Diperbarui: 28 Okt 2021

Pemerintah daerah di kota kelahiranku Sukabumi menerapkan peraturan bahwa anak-anak wajib mengikuti sekolah agama siang dan ngaji di masjid-masjid ba’da maghrib. Kalau biasanya jam sekolah SD itu dari jam 7.00 - 13.00 jadi ditambah sekolah agama dari jam 14.00 – 16.00. Kebayang dong, lelahnya belajar dari pagi, terus harus mulai sekolah lagi sampai sore (gak kebayang sih gimana sekolah sekarang yang pakai peraturan full day).
Pelajaran hari itu Tarikh Islam, tentang peperangan setelah Rasulullah wafat, entah memang hari itu terik ditambah aku yang udah lelah dan ngantuk berat atau entah juga mungkin ustadznya yang tak begitu detail menjelaskan karena materi yang banyak dan waktu yang sempit, tapi pelajaran hari itu benar-benar susah dicerna.
Waktu mau ujian aku baca materi lagi, dan pas sampai materi perang Shiffin dan perang Jamal aku berkerut, aku pikir kok aneh aja keluarga dan sahabat Rasulullah saling perang padahal kan iman dan akhlak mereka gak ada duanya. Kisahnya para Nabi dan sahabat, udah jadi kisah pengantar tidur buat aku, sampai mama beliin kumpulan kisah-kisah teladan berseries yang kita baca setiap malam. Jadi pas aku baca lagi bagian itu rasanya ganjel aja, tapi karena aku juga sibuk ngapalin materi ya jadi aku biarin aja pemikiran itu ngambang, yang ternyata malah tertanam dalam ingatan tanpa berusaha untuk mencari apa yang sebenarnya terjadi.
Setelah bertahun-tahun kemudian, aku menemukan video Sirah Nabawi dan para Sahabat di youtube chanelnya Ust Khalid Basalamah, dan aku syok! Penjelasan yang detail disampaikan Ust Khalid tentang perang Shiffin dan Jamal membuatku terpukul dan sangat merasa bersalah. Gimana enggak, meskipun itu informasi dangkal yang aku dapatkan ketika SD, tapi sudah merubah pemahamanku dan membuatku su’udzon kepada para sahabat dan ahlul bait. Astaghfirullah..
Suatu siang temen kantor kasih rekomendasi buku tentang sirah singkat para sahabat, pas kita lagi bahas tentang sahabat Mush’ab, judul bukunya “Karakteristik Perihidup Enam Puluh Sahabat Rasulullah”. Aku sempat baca bukunya, gaya bahasanya puitis dan bagus banget, cocok banget buat aku yang melow karena jd mudah terhanyut dalam ceritanya.
Karena pengen punya sendiri, aku searching untuk beli online tapi ternyata yang dijual ‘versi tahqiq’ nya, atau versi revisinya dan dari penerbit yang berbeda, awalnya aku mau beli aja, tapi temenku bilang bahasanya beda lebih bagus versi yang lama, karena penasaran aku cari tau dong apa yang membedakan kedua buku itu selain bahasanya, karena emang susah banget cari versi yang lama.
Ternyata sang penulis Khalid Muhammad Khalid dalam tulisannya terlalu menyudutkan dan memberikan gambaran negatif tentang Muawiyah bin Abi Sufyan dan terlalu mengagungkan Ali bin Abi Thalib lebih dari sahabat lain, dengan penyebutan Imam Ali Karamallahu Wajhah, dan di versi tahqiq ini ada beberapa yang direvisi dan mendapat kritik ilmiah oleh Syaikh Sulaiman Al-Khurasyi.
Beberapa ulama lebih tidak mau berkomentar banyak mengenai ini, karena Muawiyyah adalah sahabat Rasulullah dan Ali adalah sahabat juga keluarga Rasulullah yang saat itu sudah dibaiat menjadi khalifah pengganti Ustman, kalian bisa baca buku sirahnya atau video youtubenya Ust Khalid Basalamah untuk lebih jelas lagi.
Aku terdiam sejenak saat mendapat informasi ini, kalau aku masih punya pemikiran yang sama sebelum aku belajar sirah, apakah aku juga akan ikut pada pendapat penulis ketika baca buku itu, lalu bagaimana dengan orang lain yang sama awwamnya dengan aku dan terpengaruh dengan pemikirannya penulis. Bahkan saat aku mau mulai baca bukunya, aku lihat ulang video kajian sirahnya untuk benar-benar menanamkan pemahamanku agar gak mudah terpengaruh.
Terlepas dari itu semua, bukunya memang sangat bagus pemilihan diksinya begitu puitis dan membuat pembaca terhanyut dengan kisahnya, dan penggambaran penulis tentang sahabat dan bagaimana sifat Rasulullah bisa berdampak hebat pada kehidupan para sahabat itu memang luar biasa, dan sangat rekomended untuk dibaca, jika takut terbawa arus pandangan negatif tentang muawiyah lebih baik baca versi tahqiq, tapi jika bisa menjaga hati lebih baik baca versi lama, karena pengalih bahasanya begitu jenius!
Ke-‘Sok Tahu’-an yang tak berdasarkan tabayyun itu benar-benar menyesatkan. Kalau untuk masalah dunia aja jadi masalah, apalagi menyangkut masalah agama, bisa jadi menjerumuskan kita pada kesyirikan Na’udzubillah.
Sekarang aku jadi lebih hati-hati kalau menerima informasi yang belum jelas dan aku gak paham bidangnya, kalaupun ingin bertabayyun juga jangan asal tanya orang tapi benar-benar yang paham tentang itu, untuk mengindari kesalahpahaman.
Wallahua'lam
Uushikum wa iyya ya binafsiy bitaqwa Allah
Comments